Salah satu kemandirian yang perlu diajarkan pada si kecil adalah toilet training, agar anak tak bergantung pada popok sepanjang hari.

1. Apa yang dimaksud dengan toilet training?

Toilet training adlah proses melatih anak agar mampu menggunakan toilet untuk buang air kecil dan buang air besarnya. Termasuk di dalamnya ia mampu membersihkan dirinya sendiri setelah BAK dan BAB.

2. Apa tujuan toilet training?

Tujuannya untuk melatih kemandirian anak dalam menggunakan toilet ketika ia mau buang air kecil dan buang air besar. Sehingga ia tidak lagi tergantung kepada Popok sekali pakai atau tidak BAK dan BAB di dalam celana lagi.

3. Apa manfaatnya, baik bagi orangtua maupun anak?

Anak menjadi lebih mandiri dan sudah tidak bergantung kepada popok sekali pakai lagi. Anak mempunyai rasa percaya diri bahwa dapat menyelesaikan tugas perkembangannya. Anak dapat menggunakan toilet secara mandiri. Dapat membersihkan diri sendiri setelah BAB dan BAK. Orang tua pun dapat lebih berbangga jika anak sudah dapat lebih mandiri dengan menggunakan toilet secara mandiri. Orangtua juga dapat mengalokasikan biaya beli popok untuk keperluan lain yang lebih penting.

4. Kapan sebaiknya mulai diajarkan pada si kecil?

Ketika anak sudah siap secara fisik dan orangtua juga sudah siap secara mental dan komitmen. Maksudnya anak telah siap secara fisik adalah, ia mulai dapat merasakan tanda-tanda ingin buang air kecil dan juga buang air besar. Mulai dapat menahan keinginan untuk BAK dan BAB, paling tidak 2-3 jam popoknya kering. Sudah dapat duduk tegak. Mampu tidak mengompol saat bangun tidur siang. Dapat menaikkan dan menurunkan celananya sendiri.

5. Apa saja strategi dan tahapan latihannya?

Orangtua dapat memulai beberapa tahap toilet training, yang pertama adalah

Tahap persiapan:

  • Amati jadwal pipis dan BAB anak dengan seksama, sehingga hal ini bisa menjadi acuan anda dalam membawanya ke kamar mandi atau toilet.
  • Kenalkan anak dengan pispotnya dan celana dalamnya. Jika memungkinkan ajak anak terlibat untuk memilih pispot ataupun celana dalamnya, misalnya karakter kartun yang disukai anak sehingga ia dapat lebih semangat memulai toilet training.
  • Hilangkan ketakutan anak akan pispot atau toilet. Bacakan buku cerita yang berhubungan dengan toilet training dan jelaskan kegunaan pispot dan toilet sehingga anak bersemangat untuk mencoba toilet.
  • Berikan intruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air kecil dan buang air besar
  • Berikan contoh untuk anak tirukan. Orang tua dapat memberikan contoh bagaimana membuka celana dan menggunakan toilet serta bagaimana membersihkan diri setelah BAK atau BAB.
  • Semangati anak pada saat yang tepat dan sesering mungkin. Jika perlu berikan token of appreciation ketika anak berhasil BAK atau BAB di toilet seperti pompom, stiker bintang yang dapat ditukar menjadi reward seperti makanan atau kegiatan kesukaan yang ingin ia lakukan.
  • Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang air kecil dan buang air besar. Misalnya, “Ma atau Pa, mau pipis”

Tahap pelaksanaan:

  • Bawa anak ke toilet tiap 1 jam. Jika lebih banyak anak tidak mau pipis, maka ajak ke toilet tiap 2 jam untuk pipis.
  • Setiap ke toilet selalu ajarkan buka celana sendiri, memflush toilet dan membilas diri sesudah BAK. Lalu ajarkan juga memakai celana sendiri setelah selesai.
  • Jika anak mengompol, sikapi dengan tenang dan normal, lalu katakan “tidak apa, nanti kalau mau pipis lagi bilang ya” lalu ajak anak bebersih diri ke toilet.
  • Sebelum tidur siang, maka ajak anak ke toilet dulu untuk BAK. Dan juga sebelum tidur malam, jika anak masih mengompol di waktu malam hari, maka artinya orang tua harus ekstra sabar dan berusaha membangunkan anak untuk BAK di malam hari dan tidur kembali.
  • Sesudah bangun tidur siang, langsung ajak anak ke toilet untuk BAK, dan juga saat anak bangun pagi.
  • Usahakan kira-kira 1 jam sebelum tidur siang ataupun malam, anak tidak terlalu banyak aktifitas fisik dan juga tidak terlalu banyak minum.

Beberapa hal penting yang harus diingat dalam proses toilet training:

  • Biarkan anak anda berkembang sesuai waktunya, Anda tidak bisa mempercepat atau memaksakan prosesnya, Anda hanya bisa mengamati dan menstimulasi.
  • Biarkan anak anda yang memutuskan kapan harus BAB, Anda bisa mengingatkan dan memberi saran, namun jangan memaksanya. Jika hal ini diterapkan secara konsisten maka anak dapat mengenali sendiri tanda-tanda ia akan BAB, Misalnya sakit perut, mulas, atau buang angin.
  • Hadapi kegagalan anak dalam mengontrol pipis dan BAB dengan sikap alami dan terbuka. Ini merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan pembelajaran yang dihadapi semua anak, jangan menunjukkan sikap jijik atau marah.
  • Beri respon sesegera mungkin begitu anak mulai menunjukkan urgensi untuk pipis atau BAB (Langsung ajak ke toilet dan memintanya membuka celana) karena anak hanya bisa menahan pipis atau BAB untuk waktu singkat
  • Memulai toilet training memang harus melihat kesiapan anak secara fisik dan mental serta kesiapan orang tua. Namun, prosesnya juga tidak boleh terlambat dilakukan, usia dua sampai tiga tahun harus sudah dikenalkan cara memakai toilet. Perkembangan sosial anak akan terganggu jika terlambat mendapatkan toilet training, apalagi ketika sudah memasuki masa sekolah. Ia menjadi malu jika ternyata ia belum dapat menggunakan toilet sendiri dan masih memakai popok

6. Bolehkah menggunakan reward seperti makanan atau mainan kesukaan anak jika ia berhasil toilet training?

Boleh saja, selama orang tua konsisten bawah reward tersebut hanya diberikan JIKA anak berhasil BAK atau BAB di toilet. Atau selama reward tersebut cukup membuat anak semangat untuk mencoba toilet training dan belum bosan dengan reward tersebut.

7. Bagaimana mengenali saat-saat si kecil ingin berkemih dan BAB?

Anak terlihat mengejan, atau menyendiri disudut, meremas celananya, berjongkok atau menyilangkan kaki.

8. Apa yang membuat orangtua lalai, menunda, atau bahkan mengabaikan toilet training?

Orang tua mungkin tidak berkomitmen untuk mendukung anaknya belajar toilet training, karena proses ini membutuhkan pembiasaan dan rutinitas harian dan jam. Misalnya dibawa ke toilet untuk BAK setiap 2 jam sekali. Orang tua mungkin cepat menyerah ketika anak masih mengompol berkali-kali sehingga mulai memakaikan anaknya popok kembali. Anak jadi tidak terbiasa dengan celana yang basah dan tidak dapat mendeteksi keinginan untuk BAKnya.

9. Faktor apa saja yang harus diperhatikan sebelum melakukan training?

  • Faktor kesiapan fisik anak.

Maksudnya anak telah siap secara fisik adalah, ia mulai dapat merasakan tanda-tanda ingin buang air kecil dan juga buang air besar. Mulai dapat menahan keinginan untuk BAK dan BAB, paling tidak 2-3 jam popoknya kering. Sudah dapat duduk tegak. Mampu tidak mengompol saat bangun tidur siang. Dapat menaikkan dan menurunkan celananya sendiri.

  • Faktor kesiapan orang tua untuk berkomitmen.

Toilet Training membutuhkan kesabaran ekstra dari orang tua dan juga komitmen tanpa putus. Karenanya orang tua diharapkan teguh dan pantang menyerah untuk melaksanakan toilet training demi keberhasilan toilet training itu sendiri. Karena jika terputus ditengah jalan, maka akan dimulai dari awal lagi.

10. Apa saja yang mendukung keberhasilan toilet training, baik dari anak maupun orangtua?

Anak tertarik untuk menggunakan toilet dan sudah paham tanda-tanda ingin BAK dan BAB.

Orang tua mendukung anak, dan berkomitmen tidak putus dalam menjalankan toilet training. Tidak cepat menyerah meskipun hasil belum terlihat. Terus mendukung dan menyemangati anak untuk mau mencoba toilet training.

11. Sebaliknya, faktor apa saja yang menghambat keberhasilannya?

Faktor fisik anak yang belum siap, misalnya belum dapat menaikkan dan menurunkan celana atau belum dapat duduk dengan tegak.

Faktor komitmen orang tua yang tidak sabar, tidak konsisten dan cepat menyerah.

12. Kesalahan umum apa yang sering dilakukan orangtua dalam hal ini?

Orangtua tidak sabar, ingin hasil yang instan atau terburu-buru.

Orangtua kurang memotivasi sehingga anak kurang semangat untuk toilet training.

Biasanya karena tidak sabar, orang tua cepat marah ketika anak mengompol atau BAB di celana. Akhirnya anak menjadi takut, mungkin ada yang menjadi menahan BAK dan BAB atau malahan ada yang menjadi takut dan tidak mau berlatih toilet training. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk bersabar dan menahan amarah serta bersikap normal ketika anak mengompol atau BAB dicelana saat anak sedang toilet training. “tidak apa-apa, lain kali kalau sudah dirasa mau pipis atau pup, kita ke toilet ya..” lalu langsung bawa ke toilet untuk mengajarkan anak menggunakan toilet dan bebersih diri. Dengan demikian, anak belajar dan tahu akan apa yang SEHARUSNYA ia lakukan kalau ingin BAB dan BAK.

13. Apakah indikator keberhasilannya?

Anak sudah mampu tidak bergantung dengan popok dan mampu BAK dan BAB sendiri di toilet bukan di celana atau dipopok. Anak mampu tidak mengompol pada malam hari, terbangun dimalam hari jika ingin BAK. Tetapi normalnya, semakin bertambah umur anak, ia makin dapat menahan keinginan BAB dan BAK ketika tidur di malam hari dan baru ingin BAB dan BAK di pagi hari setelah bangun tidur.

14. Idealnya, usia berapa seorang anak bebas dari popok?

Usia 3-4 tahun harusnya anak sudah bisa lepas dari popok. Karena usia tersebut, normalnya anak sudah mulai dapat menahan keinginannya untuk BAK dan BAB. Serta dapat menggunakan toilet dengan benar.

15. Apa dampaknya jika anak sudah besar tapi masih bergantung pada popok?

Anak menjadi tidak mandiri, perlu ditelaah mengapa masih tergantung pada popok apakah ada masalah kesehatan kandung kemih atau proses pembuangan makanan. Anak juga mungkin akan mengalami masalah sosial, seperti menjadi minder dan malu karena masih memakai popok meskipun sudah besar ataupun sudah sekolah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Unique Growing Mind Preschool & Daycare
Hubungi Kami di : 

021-850 3831

Jalan Cipinang Indah Raya Blok E No.8A Komplek Cipinang Indah Kalimalang Jakarta Timur

Informasi

Senin – Jumat:
09:00  – 16:00

© 2022 – Unique Growing Mind. All rights reserved.